Setiap ada kesempatan, sejak saat itu aku selalu berpesta pora dengan baju-baju kotor penghuni kos Dudi, aku benar-benar ketagihan dengan bau memek Mbak-Mbak itu, bau khas ketiak masing-masing, bau apek keringat baju dalam setelah seharian kerja. Untuk anak seusiaku yang baru tumbuh pesat gelora nafsu sexnya, mungkin aku merasa beruntung karena dengan bayanganku sudah bisa membaui, menjilati, menciumi seluruh tubuh bahkan sampai ke liang-liang vagina gadis-gadis cantik itu.
Tidak jarang karena kesempatan di rumah Dudi terbatas, maka aku membawa pulang sepotong dua potong celana dalam dari keranjang baju kotor itu ke rumah, kugantikan celana dalamku dengan celana dalam wanita 'pinjamanku', rasanya lebih nyaman dan menggairahkan hidupku saat kupakai.
Sebelum aku membawa pulang salah satu celana dalam Mbak-Mbak cantik calon 'korbanku', terlebih dahulu aku harus mengetahui jadwal mencuci mereka, sehingga bila jadwal mencuci mereka Minggu, maka aku dengan bebas 'meminjam celana dalam itu' sebelum hari Minggu. Tetapi meskipun jarang sekali, ada juga yang tiba-tiba mengubah jadwal mencucinya sehingga aku kelimpungan juga saat akan mengembalikan celana dalam itu, waktu kuambil dari keranjangnya masih terlihat bertumpuk baju kotor lainnya, saat kukembalikan terlihat kosong. Aduh! Pasti dia mencari-cari dong! Aku takut kalau dia merasa kehilangan lantas mengamankan keranjang baju kotornya dengan mengunci di dalam kamar, sial bener kan?
Untunglah mereka kelihatannya tidak terlalu peduli, apalagi kalau koleksi celana dalamnya mirip-mirip gitu, aku bisa mengembalikan di jadwal mencuci minggu depannya. Tapi aku tetap harus hati-hati kan? Yang paling mengasyikan adalah bila ada salah satu penghuni kos yang akan pindah keluar, maka bisa dipastikan celana dalam kotornya akan kusikat untuk kenang-kenangan, so informasi dari Dudi sangat membantuku mengetahui siapa saja yang akan pindah kos.
Setelah koleksiku ada belasan dan aku sudah hampir lulus SMP, kebiasaanku mengoleksi celana dalam kuhilangkan, takut ketahuan ibuku, apalagi Ibuku saat aku semakin dewasa semakin rajin menggeledah kamarku, ah malas kalo tiap hari perasaan ini menjadi was-was terus, lagipula celana dalam Mbak Lina, Mbak Dian, dan lainnya sudah berkurang kekuatan 'magis'nya untuk meletupkan birahiku. Apa mungkin bau spermaku yang mendominasi ya? Aku lebih suka 'pinjam' saja, meskipun kisah selanjutnya di bawah ini kadang menjadikanku harus merasa jadi seperti 'pencuri'.
*****
Saat ini, aku sudah duduk di bangku kuliah, kenangan saat remaja itu kambuh lagi, tentu dengan pengetahuan dan fantasi yang jauh lebih lengkap, sekarang bila aku mendapatkan celana dalam kotor, tak akan kucoba untuk memakainya (jarang, habis celana dalam sekarang mungil-mungil takut sobek, sedang badanku sekarang 3 kali lipat lebih besar daripada yang dulu, begitu juga kontolku, haha).
Kugenggam erat dan kulipat sedemikian rupa hingga seluruh celana dalam itu tertutup rapat dalam genggaman tanganku, aku merasa menguasainya dengan sempurna, semakin lembut bahan pembuatnya semakin kecil pula remasan yang bisa dilakukan. Setelah itu kuhirup seluruh aroma keringat mulai dari karet-karet berenda yang melingkar di antara lekuk pinggang wanita sampai pada lipatan paha yang biasanya basah oleh keringat itu, kemudian baru kuciumi seluruh permukaan bagian bawah celana dalam itu yang biasanya sedikit menyisakan lendir tipis menyegarkan, dan terakhir kujilati dengan rakus bagian selangkangan dengan sesekali menghirup udara sedalam mungkin untuk menangkap aroma kewanitaan yang ditinggalkan oleh si empunya celana dalam itu.
Kukocok dengan perlahan kontolku yang semakin mengeras dan kuusap-usapkan pada seluruh bagian celana dalam itu sambil merasakan kelembutannya. Sementara bila aku ada kesempatan untuk mendapatkan lebih dari satu celana dalam, maka yang satunya kusarungkan di kepalaku dengan bagian memek di dekat hidung, agar aroma yang mendebarkan itu memberikan rasa horny yang luar biasa, sesaat bila kocokanku semakin cepat maka kulepas celana dalam di kepalaku dan kunikmati lendir-lendir lezat yang ada di sekitar penutup memek itu dengan hirupan-hirupan 'maut'.
Saat pikiranku mulai memasuki zona nikmat, maka yang ada di benakku adalah jeritan pemilik celana dalam itu yang begitu terengah-engahnya melawan rasa nikmat saat lidahku mulai menjalari seluruh vaginanya meninggalkan ludah yang berceceran membasahi rambut-rambut kemaluannya, sehingga tampak segar menggairahkan. Kusedot dengan irama indah itilnya yang mulai mencuat dengan kelembutan yang perkasa.
*****
"Oh oh Tanto, benamkan seluruh wajahmu ke dalam selangkanganku!" teriak Shinta si pemilik celana dalam warna kuning motif kupu-kupu itu dengan memelas.
"Hirup dan jilat semua lendir yang keluar dari memekku ini tanpa tersisa sayangku, ahk ahk", ceracaunya menahan orgasme yang menyerangnya bertubi-tubi.
Sementara Ika pemilik celana dalam mungil warna hijau, dengan motif komik bocah bandel 'Shin Chan' mulai menyemangatiku..
"Sayang, ah betapa nikmat kontolmu mengaduk-aduk memekku yang mungil ini, ssh terus honey.. Ssh jangan berhenti cintaku.. Ohh oh".
Badan Ika terguncang-guncang keras naik ke atas dan ke bawah. Ika dengan postur tubuhnya yang mungil membuat seakan memeknya tertancap sesak di kontolku yang begitu besar, sehingga badannya terombang-ambing mengikuti irama sodokan kontolku yang menyerang memeknya tak henti-henti, lantas aku menyuruhnya untuk merangkul erat pinggangku sambil mengulum dan menjilati puting susuku agar mulutnya yang juga mungil itu sedikit teredam mengaduh nikmat. Kecupan liar Ika membuat dadaku seolah ditato warna merah tua bergambar bibir mungil. Setelah berpacu dalam nafsu beberapa lama, maka aku mulai merasakan desakan nikmat dari kontolku..
"Aah, manisku aku mau keluar nih!" teriakku histeris.
"Akh, kita juga sayang!" teriak mereka parau, mungkin otak yang mengatur suara mereka sepertinya konslet tak terkontrol karena keenakan.
Mereka mencaci, mencakar, menggigit dengan binal saat mencapai puncak kenikmatan..
"Setan kamu, sayangku, oh habiskan cepat! Minum kencingku juga lendirku, ahk oh oh akh!", umpat Shinta sambil menjambak rambut dan membenam-benamkan dengan kasar kepalaku ke dalam selangkangannya yang terbuka lebar penuh bulu itu.
"Aduh! Aduh! Sakit tau nggak! Kontol Kakak brengsek tapi enak!"
Kepala Ika dengan wajah imut menggemaskan tengadah ke atas sambil meringis sakit karena kontolku yang besar itu menghunjam tanpa ampun mengisi seluruh liang vaginanya yang masih perawan sampai sedalam-dalamnya sambil menyemburkan semprotan-semprotan peju hangat yang memenuhi rahimnya, rasa nikmat amat sangat saat orgasme mengalahkan nyeri koyaknya keperawanan Ika.
Aku menekan sekuat tenaga pantatku supaya hunjaman kontolku benar-benar sempurna mentok ke dalam vagina Ika yang sudah kepayahan sambil terus menahan pundak Ika agar badannya tidak terangkat ke atas seiring dengan hujaman terakhir kontolku yang menyemburkan sperma penghabisan.
Suasana menjadi hening, yang terdengar hanya erangan kami dan napas yang masih tersengal-sengal, bau keringat, peju, pipis, memek berbaur menjadi satu.
*****
Ahh, nikmatnya! Surut sudah fantasiku, kontolku melemas bahagia, samar celana dalam Ika yang baru lulus bangku SMP itu tergolek seolah tak berdaya di dekat selangkanganku dengan lelehan cairan putih kental spermaku membasahi seluruh bagian bawah celana dalam itu. Sementara celana dalam kotor Shinta yang berpantat padat lagi indah itu, masih terjejal di mulutku.
Aku mencuri celana dalam wanita itu dari dalam tas mereka, saat Shinta adik tingkatku yang menjadi kakak pembina pramuka dengan salah satu binaannya bernama Ika, menitipkan tas mereka di mobilku karena Shinta harus mencari penjemput Ika yang terlambat datang. Mereka baru saja menyelesaikan acara perkemahan selama 3 hari di samping kampusku.
Pada saat mengambil dari dalam tasnya, sebenarnya aku hanya ingin menciumi celana dalam kotor Shinta dan Ika, yang aku yakin aromanya pasti sungguh kuat menggairahkan, karena dengan jadwal perkemahan yang padat pastilah mereka enggan menganti celana dalam dan bra, belum lagi resapan keringat aktif mereka, ahh kebayang nggak sih? Mmh.. Sungguh sedap.
ALAMAK! Sungguh kaget aku, saat Shinta dan Ika tiba-tiba mengambil tasnya yang datang dari arah belakang, aku pikir mereka masih lama mencari penjemput Ika, untung branya masih urung aku ambil juga, apa jadinya saat kutarik bra itu lantas tas itu tiba-tiba diambil oleh pemiliknya, idih malu amit!
Akhirnya celana dalam yang telanjur aku ambil dan kusembunyikan di kantong belakang kursi mobil kubawa pulang, so meledaklah fantasiku seperti cerita di atas saat aku berada di dalam kamarku. Aku hanya berharap mereka tidak merasa kehilangan satu benda keramat mereka. Shinta dan Ika yang kutahu adalah anak orang kaya, so mereka pasti punya pembantu dong, jadinya saat pakaian kotor itu dibongkar dari tas mereka, tanpa sempat mereka lihat lagi, perkiraanku langsung diusung oleh pembantunya, nah karena tidak mencuci sendiri, mudah-mudahan mereka tidak tahu kalau ada yang hilang, apalagi cuma sebuah celana dalam. Ah bodo ah! Aku sudah jadi maling, maling celana dalam wanita. Dan setiap saat bila ada kesempatan maka aku bisa jadi "calon" pencuri lagi bila gagal mengembalikan 'daleman' wanita yang (sedianya) hanya aku pinjam.
Sebelum aku mengenal dunia internet, aku merasa menjadi orang 'antik' dengan kebiasaanku, tetapi ternyata di internet celana dalam kotor saja diperdagangkan bebas, ada komunitasnya lagi, sehingga aku sekarang tidak 'terlalu' merasa lain sendiri, ternyata banyak juga pelaku seks menyimpang seperti yang kualami dan dialami juga oleh orang lain, bahkan lebih parah.
Bolehkah saya mengusulkan kepada para pembaca untuk membuat komunitas kaum fetish? Hanya untuk sekedar bertukar cerita atau bahkan mungkin bisa saling bertukar koleksi, rasanya nyaman bila aku bisa berdiskusi dengan sesama penyuka 'daleman' bekas pakai baik yang kelas ringan maupun kelas berat.
Ketertutupan 'penyuka daleman' (fetish) ini di negara kita memang menghambat komunikasi antar kaum fetish, sebagai awalan saya akan membuat milis bagi kaum fetish yang terbuka juga untuk umum yang ingin lebih memahami tentang kita, biar masyarakat lebih paham akan penyimpangan kita dan tidak menjadikan itu sebagai suatu keresahan tetapi justru kemakluman, di situ kita bisa bicara apa saja mulai dari kisah kita sendiri sampai dengan informasi apa dan siapa saja, Mbak, adik atau tante yang bersedia menjual celana dalam bekas pakainya atau apa saja yang diburu penikmat fantasi seksual ini.
TAMAT